"Era Jokowi-JK, tradisi lama bermethamorfosis ke tradisi baru, arus informasi mengalir deras menembus ruang dan waktu. Humas pemerintah bergerak bebas menembus dan menghapus
benang merah birokrasi pemerintahan.”
Johan Budi, Jubir
Presiden RI, Ir. Joko Widodo
sumber;www.google.com |
Pada era kepemimpinan saat ini, tradisi lama bermethamorfosis ke tradisi baru, arus informasi mengalir deras hanya dalam hitungan detik. Derasnya Arus informsi tidak dapat dipisahkan dari peranan humas pemerintah. Humas pemerintah bagaikan sutradara dalam instansi mereka. Maukah kita sebagai profesi humas pemerintah membiarkan masyarakat haus akan informasi?
Setiap
kepemimpinan memiliki gaya dan cara yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Mereka pun memiliki kebijakan dan program yang menjadi ciri khas
mereka. Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla pun membawa aura baru bagi masyarakat. Pada era Jokowi-JK, memiliki kebijakan dan program pemerintah yang
“khas” dengan nama “Nawacita.” Tidak hanya itu, pada kepemimpinan Joko
Widodo-Jusuf Kalla pun terkenal dengan Narasi Tunggal.
Kebijakan
yang tertuang dalam setiap program ini akan membawa dampak terhadap berbagai
sektor, salah satunya berdampak bagi peran dan fungsi humas pemerintah.
Pemerintahan saat ini sangat mendorong peran dan fungsi aparatur humas
pemerintah. Guna mendukung program pemerintah, humas pemerintah dituntut untuk
dapat berinovasi dan merespon informasi secara cepat, tepat dan akurat kepada
masyarakat.
Presiden
Joko Widodo memandang saat ini masing sering terjadi “persaingan” antar
Kemeterian/Lembaga, mereka terkesan mencari pencitraan antar Kementerian/Lembaga tanpa melihat kepentingan dan mendukung program pemerintah.
Melihat kondisi ini, maka pada pemerintahan Joko
Widodo-Jusuf Kalla mengeluarkan Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Komunikasi Publik. Pada Inpres ini menunjuk Menteri Komunikasi dan
Informatika untuk mengoordinasikan perencanaan, penyiapan dan pelaksanaan
komunikasi publik terkait dengan kebijakan dan program pemerintah.
‘Narasi Tunggal” kata itu yang
sering muncul ke permukaan di era Joko Widodo-Jusuf Kalla, Narasi tunggal merupakan kebijakan dan
program pemerintah kepada publik sehingga diharapkan dengan kebijakan “Narasi
Tunggal” dapat menyamarkan ego sektoral di antara Kementerian dan Lembaga. Dari sinilah dapat menyuarakan satu informasi
terkait kebijakan dan program pemerintah
kepada masyarakat.
Johan Budi, Humas Pemerintah Harus Miliki Hak Penuh
Saat
ini Presiden Joko Widodo memiliki pandangan dan arahan terkait fungsi dan
peranan humas pemerintah sebagai ‘komunikator” dalam penyampaian pesan dan
informasi kepada masyarakat. Presiden
masih melihat adanya pola lama di beberapa Kementerian/ Lembaga.
Kedepanya,
Presiden Jokowi mengharapkan perlu adanya perombakan pola dan tradisi lama
sehingga humas pemerintah dapat beralih ke pola dan tradisi baru dengan terus
berupaya menyampaikan informasi secara cepat dan tepat sehingga kebutuhan
informasi dapat diakses oleh masyarakat.
Presiden
Joko Widodo tak ingin lagi melihat budaya lama yang terjadi di beberapa
instansi/ kementerian/ lembaga yang terkesan lama dan penuh birokrasi. Humas pemerintah kedepannya diharapkan harus
lebih luwes, cepat, dan lugas dalam
penyampaian informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak perlu
menunggu lama untuk mendapatkan dan mengakses informasi.
Humas
pemerintah kedepannya diharapkan harus lebih berinovasi dan kreatif dalam
pengelolaan dan pengemasan informasi untuk disampaikan kepada masyarakat.
Adanya
kecepatan penyampaian informasi inilah yang mengharuskan posisi humas pemerintah harus
pada posisi yang strategis tanpa adanya benang merah. Tak hanya itu, humas
pemerintah pun tidak hanya sebagai fasilitator dan komunikator tetapi juga
diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pimpinan sebagai pengambil kebijakan/keputusan, seperti yang diutarakan
Johan Budi, Jubir Presiden RI.
Johan
Budi menilai ringkali humas menunggu menterinya ataupun atasannya dalam
menyampaikan informasi, padahal humas seharusnya proaktif dengan memberikan
masukan kepada menteri apa yang harus disampaikan dan bagaimana komunikasi
tersebut dilakukan.
Sementara
itu, Ia berharap perlu revolusi paradigma bagi aparat hubungan masyarakat
(humas) pemerintah dalam menjalankan fungsinya sehingga memberikan informasi
yang cepat, tepat dan akurat guna meraih kepercayaan dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam pembangunan yang dijalankan pemerintah.
Johan menilai
aparat humas pemerintah terlalu birokratis dan berjenjang, akibatnya informasi
yang disampaikan juga lamban. Pranata humas tidak bisa mengakses langsung
kepada pejabat yang berwenang untuk kemudian menyampaikan informasi ke
masyarakat.
Arus informasi terus bergulir, Humas
harus lebih cerdik
Sekarang
kita telah dihadapkan oleh teknologi informasi yang semakin canggih, kondisi
inilah yang menjadikan arus informasi mengalir sangat deras. Kondisi ini
mengharuskan kita lebih cerdik dan kritis dalam menanggapi arus informasi yang
terus berubah.
Di
era Kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla, humas pemerintah dituntut harus lebih
cekatan dalam mengelola dan mengemas
informasi yang nantinya akan disampaikan kepada masyarakat.
Bahkan,
seperti yang diutarakan Johan Budi bahwa Humas pemerintah harus lebih
“cerdik’dalam mengelola medsos, seperti twitter. Johan mengutarakan bahwa
melalui twitter, Humas Pemerintah dapat merespon isu atau informasi secara
cepat dan efesien.
Menteri
Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara pun menegaskan bahwa humas pemerintah
harus memiliki twitter. Bahkan seorang humas pemerintah pun harus memiliki akun
twitter pribadi. Hal ini untuk memudahkan ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik melalui kanal interaktif
sehingga dapat membentuk humas pemerintah yang ideal.
Seorang
humas pemerintah harus sigap dan kritis terhap arus informasi yang berkembang
setiap menit, bahkan dalam hitungan detik, baik itu melalui berbagai moda
informasi baik online, maupun elektornik.
Kita
tidak dapat menghindari informasi yang ada, tetapi justru kita harus dapat
mengolah informasi sedemikian rupa sehingga dapat mengemas informasi secara
baik dan benar untuk dapat disampaikan kepada masyarakat.
Humas BMKG Menuju Tantangan Baru
Humas BMKG Menuju Tantangan Baru
Pada dekade ini, kebutuhan informasi akan cuaca, iklim, dan gempa bumi terus meningkat karena seperti yang masih kita ingat bahwa pada akhir-akhir ini sering terjadi bencana hidrometeorologi. Pada tahun 2016, tidak jarang kita
melihat dan mendengar beberapa pemberitaan terkait bencana hidrometeorologi
yang menghiasi beberapa wajah media massa cetak, elektronik, dan online. Deretan bencana hidrometeorologi datang
menyapa.
Menyadari akan kondisi ini, Humas BMKG terus berupaya memberikan informasi secara cepat, tepat, akurat kepada masyarakat, terus bergerak cepat ditengah derasnya aruus informasi. Bersahabat dengan medsos pun dilakukan humas BMKG untuk menggulingkan informasi ke tengah masyarakat, seperti yang digembor-gemborkan oleh Presiden RI, "Humas harus bersahabat dengan media sosial. "
Tidak mudah bagi Humas BMKG berada di tengah-tengah arus informasi yang sangat cepat bergulir dalam hitungan detik. Keterbatasan jumlah SDM tidak menjadi rintangan bagi humas BMKG dalam melangkahkan kaki dalam menuju pembaruan menuju pelayanan informasi yang inovatif dan cepat.
Arus informasi bergulir sangat cepat tanpa mengenal waktu dan tempat. Informasi bagaikan berlian yang selalu dicari masyarakat. Relakah kita melihat masyarakat menangis kehausan informasi karena terlalu rumitnya birokrasi kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar