Tak hanya gempa bumi, tsunami dan badai yang menghiasi headline dunia, tetapi gelombang panas pun turut memarakkan pemberitaan surat kabar dunia karena telah menyebakan kematian, kebakaran hutan, terputusnya sambungan listrik, dan kecelakaan lalu-lintas. Bahkan, gelombang panas seperti monster yang selalu mengancam hidup manusia. Telah banyak jumlah korban jiwa yang melayang seperti yang terjadi di Negara Jepang, Rusia, dan Brasil setahun yang lalu.
Hampir 56.000 orang tewas akibat gelombang panas di seluruh negara musim panas tahun 2010. Gelombang panas yang terjadi di Rusia setahun lalu telah menewaskan 374.000, angka ini meningkat 17,5 persen dari tahun 2009 berdasarkan Laporan Bulanan Kementerian Pembangunan Ekonomi tentang Ekonomi Rusia. Badan Cuaca Rusia mengatakan gelombang panas yang melanda Moskow dan bagian lainnya merupakan kejadian yang terburuk. Suhu tinggi mencapai 380C dibandingkan suhu rata-rata musim panas yang biasanya hanya mencapai 240 C.
Menurut Laporan Bulanan Kementerian Pembangunan Ekonomi, suhu udara di Moskow dan sebagian besar Wilayah Rusia mencapai hampir 400C (104 derajad fahrenheit) yang mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan meluas secara cepat pada akhir Juli 2010 dan menimbulkan asap kebakaran bahan pembakar yang menutupi ibukota.
Sementara di Jepang, menewaskan sedikitnya 66 orang dan 15.000 lainnya dilarikan kerumah sakit akibat hipertermia dan serangan otak (stroke). Saat kejadian, suhu Tokyo mencapai 370C, sedangkan suhu normal berkisar antara 270C-300C. Kondisi ini merupakan kondisi yang terparah sejak tahun 1946.
Warga Brazil pun tak luput dari serangan gelombang panas. Bahkan, gelombang panas di Rio de Janeiro merupakan yang terparah dalam kurun waktu 50 tahun. Menurut detik News sebanyak 32 orang tewas akibat serangan cuaca yang sangat panas ini.
Gelombang panas merupakan periode lanjutan dari cuaca yang sangat panas dan diikuti tingkat kelembaban yang tinggi. Kadangkala gelombang panas terjadi karena rata-rata temperatur harian di suatu wilayah. Misalnya, temperatur yang dianggap normal oleh orang-orang dari daerah beriklim tropis dapat dianggap sebuah gelombang panas di daerah dingin bila mereka berada di luar pola iklim normal untuk daerah tersebut.
Tingkat keparahan gelombang panas dipengaruhi adanya intensitas panas, durasi kejadian dan temperatur tertinggi pada malam hari. Sebagai contoh, kejadian gelombang panas yang terjadi tahun 2003 di Eropa pada siang hari, mencapai suhu rata-rata 35oC. Di negara Eropa terjadi pemecahan rekor temperatur tertinggi, misalnya di Rusia (380C), Swiss (320C), Portugal (470C), dan Inggris yang merasakan untuk pertama kalinya temperatur diatas 370C dalam 300 tahun terakhir.
Bahaya bagi kesehatan
Gelombang panas yang terjadi pada musim panas sangat mengancam kesehatan manusia. Bahkan, akan mengakibatkan kematian. Jika suhu udara mencapai 350C hingga 400C, tubuh akan mengalami kelelahan yang ditandai dengan gejala pusing, sakit kepala, bahkan seseorang dapat pingsan. Apabila kondisinya sangat parah, seseorang dapat mengalami stroke panas sehingga perlu mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
Seseorang tak akan mampu mengeluarkan keringat jika berada di suatu tempat yang memiliki temperatur suhu udara yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Jika seseorang berhenti berkeringat, maka dalam jangka waktu pendek seseorang akan mengalami perpindahan dari kelelahan panas (heat exhaustion) menjadi stroke panas. Pada proses transisi inilah, biasanya terlihat indikasi awal, yaitu banyaknya keringat yang keluar, kemudian keringat akan berhenti dan tubuh merasa panas. Pada akhirnya kondisi ini akan mempengaruhi otak sehingga seseorang mengalami kebingungan secara tiba-tiba dan kehilangan kesadaran.
Penanaman Hutan
Seperti yang banyak dilansir di multimedia dan surat kabar dunia bahwa penyebab utama “distorsi iklim” (penyimpangan iklim) ini, yaitu adanya efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global,. Tentunya, kita tidak bisa berdiam diri dan harus memikirkan apa yang akan dilakukan untuk mencegah fenomena ini di tahun mendatang.
Upaya mengurangi gas emisi (buang) penyebab efek rumah kaca ke atmosfer membutuhkan waktu dan kesadaran manusia di bumi ini. Sementara ini, manusia dihadapkan dengan adanya kerusakan alam dan lingkungan yang semakin parah, maka kita dituntut untuk mementukan upaya yang taktis dan berhasil guna, yaitu dengan melakukan penghijauan lahan/hutan/pemukiman/taman/perkantoran dengan reboisasi tanaman keras menahun.
Kita tak bisa mengelak, kerusakan hutan dunia/ Indonesia dapat mendatangkan gelombang panas. Kita memiliki hutan seluas 162.290.000 hektar (Dinas Kehutanan Indonesia, 1950). sehingga kita pun mampu menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki hutan yang berfungsi sebagai “paru paru dunia.”
Lantas apakah kita mampu terus memfungsikan hutan Indonesia sebagai salah satu pencegah bahaya pemanasan global, bila luasnya terus saja menciut, sebagaimana data yang dilaporkan Kementerian Kehutanan bahwa hingga tahun 1992 luasnya tinggal 118,7 juta Ha, kemudian pada tahun 2003 berkurang menjadi 110,0 juta Ha dan tahun 2005 tinggal 93,92 juta Ha Kita akan lebih meratap pilu bila menyikapi laporan World Resourches Institute (1977) yang menyatakan bahwa Indonesia telah kehilangan “hutan asli alamnya” hingga mencapai 72 %. Sadarkah kita akan hal ini? Biarlah ini menjadi peringatan bagi kita untuk melestarikan ligkungan. Jangan sampai gelombang panas melanda negara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar