Jumat, 21 April 2017

Malam, Berkelana ke Dimensi Waktu.

Ketika langit berubah warna menjadi gelap dan terdengar suara kicauan burung menghiasi tenggalamnya  matahari, hatiku berubah menjadi tak menentu dan pikiranku melambung sangat tinggi menembus ruang dan waktu. Aku terbawa dan terhanyut pada dimensi waktu. Aku sendiri tidak bisa memahami dan mengerti mengapa malam dapat membius aku ke relung jiwa? Malam seperti seorang sahabat yang membawa dan menggenggam tanganku berkelana menembus dimensi waktu. 

Terkadang terlintas pada benakku dan hatiku mengucapkan syukur karena aku masih diberikan kesempatan untuk menikmati malam oleh-Nya. Pada saat malam datang menghampiri diriku dan aku tidak mampu menahannya, di saat itulah aku dapat berbicara pada hati dan jiwaku, "Apa yang telah telah terjadi dalam hidupku? dan Apa yang sebenarnya dalam hidupku ini?.

Tidak hanya itu, tetapi aku pun dibawanya melambung tinggi, menembus sebuah asa, dan anganku. Aku seakan memiliki sebuah kemampuan yang diberikan oleh-Nya untuk menguntai dan merajut semua asa dan mimpi-mimpiku. 

Tak jarang hatiku bertanya, “Ah, apakah aku mampu meraih dan menggampai mimpi-mimpiku. Aku pun bergumam , “Apa aku salah memiliki mimpi-mimpi itu? Apa ini semua hanya emosi?”.
Tapi, aku terlintas teringat akan pepatah “Raihlah mimpimu setinggi langit.” Aku manusia biasa yang telah diberikan dan dianugerahkan kemampuan oleh-Nya. Aku hanya bisa berusaha dan berdoa untuk menggampai semua asaku. 

Klise pengalamanku yang tersusun di benakku membuat aku untuk terus melangkahkan langkahku walaupun aku sadar tidak mudah melewatinya. Banyak kelikir, bahkan batuan pun sering aku temui dalam perjalananku. 

Saat malamlah, aku dapat melihat jelas potret massa laluku dengan jelas, terutama senyum, asa, dan perjuangan kedua pahlawan dalam hidupku yang telah tiada, Ibu dan Bapak itulah yang menjadi obat doppingku disaat aku hilang semangat bahkan hilang arahku.

Tidak jarang, emosi dan semangatku sering berirama tidak menentu, bagaikan ombak kadang pasang dan kadang surut. Tetapi, Aku tidak mau dihempas oleh nya. Hatiku tak hentinya meminta pertolongan-Nya untuk menguatkanku dan Dia memberikan sebuah jawaban dalam berupa  keyakinan dalam meneruskan langkahku hingga garis finis. 

Kadang, ketika sahabatku menjemput, yaitu malam, aku merenung apa sesungguhnya arti sebuah hidup? Pejuangan?bersenang-senang? Kesederhanaan? Kekayaan?Kesuksesan atau berpasrah tanpa adanya usaha bagaikan air yang mengalir?. Semua itu merupakan pilihan manusia, manakah yang akan dipilih dalam hidupnya.

Di saat itulah aku dapat menemukan sebuah jawaban apa arti sebuah hidup. Tentunya, pilihanku berbeda dengan orang lain. Aku hanya manusia ciptaanNya yang hanya  berdoa dan berusaha dan aku yakin akan indah pada waktunya. Tuhan akan memeluk semua asa hamba-Nya hingga dirinya kembali ke “ Rumahnya.”

ADEGAN BARU FILM “KOTA JAKARTA” SIAP DIMULAI

Pilkada tahun ini meninggalkan goresan tinta cerita tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi bagi warga Indonesia. Semua mata masyarakat seluruh Indonesia pun tersedot ke “Pertempuran” para pasangan calon (Paslon) Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, Anis-Sandi. Mereka seakan sedang menyaksikan sebuah film dengan rentetan adegan. Masih teringat dibenak kita, sebelum Pilkada dimulai pun, masyarakat disugguhkan dengan sebuah adegan dengan tokoh utama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Pernakah terpikir oleh kita kalau selama ini kita  sedang  menjadi penonton yang rela menghabiskan semua perhatian terhadap  action ‘lakon’ para aktor politik? Semua media telah mampu membius kita dengan” serangan-serangan” yang bombastis.

Bulan April 2017  telah menjadi saksi perjalanan cerita Pilkada DKI Jakarta yang telah meninggalkan bingkai cerita.  Perjalanan para aktor panggung politik telah mampu membius seluruh warga masyarakat Indonesia.  Babak film jilid pertama dimulai saat detik-detik berakhirnya kepemimpinan  Ahok.  Masyarakat dihebohkan dengan adegan pemberitaan penistaan agama yang dilakukan Ahok terhadap salah satu surat Al-Maidah.

Adegan ini berhasil menyedot perhatian tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi semua warga Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang menggoreskan tinta dan memainkan jemarinya untuk  menuangkan rangkaian kata dan berkreasi tanpa bebas dengan mengupload gambar-gambar dan video di akun media sosial mereka.

Alhasil, tidak jarang dari mereka membentuk “kubu”, meraka saling menonjolkan aktor favorit mereka tanpa memperdulikan siapa yang “diserangnya” tanpa memandang apakah teman, rekan, kekasih, atau saudara mereka. Tentunya, kondisi ini sungguh miris.

Tidak sampai disini saja, saat itu masyarakat pun disugguhkan dengan style para paslon, Pasangan Agus-Sylvi; Ahok-Djarot; dan Anis-Sandi. Masih teringat di benak kita, debat antar paslon yang disiarkan di beberapa stasiun televisi telah berhasil menyedot perhatian masyarakat.  Pada debat saat itupun, mereka dengan luwesnya dapat memainkan emosi mereka.

Pilkada saat itu telah mampu memberikan sensasi kalau negara kita sedang ada pilpres.  Seperti yang kita ketahui, tidak hanya warga ibu kota Jakarta, tetapi seluruh Warga Indonesia pun ikut menyaksikan alur cerita dan  acting para lakon favorit mereka yang sangat memukau.

Kondisi ini dialami oleh saya (penulis) saat sedang melakukan perjalanan ke luar daerah. “Mbak, Jakarta sedang heboh yah? Bagaimana kasusnya Ahok itu?”tutur rekan saya. Tidak hanya itu, tetapi adegan ini pun bagaikan film ‘box office” yang selalu menjadi bahan pembicaraan di tengah-tengah masyarakat.

Adegan “film” Pilkada ini pun bersambung pada jilid 2, tentunya masih teringat di benak kita bahwa terdapat adegan pilkada putaran ke-2 yang mampu menjadi klimaks pada rentetan cerita” film” pilkada.

Paslon urutan ke-2  (Ahok-Djarot) dan Paslon urutan ke-3 (Anis-Sandi) kembali mengeluarkan “peluru” mereka. Kondisi ini mampu membentuk opini publik.  Tidak sedikit dari masyarakat yang menonjolkan ego mereka untuk membela para jagoan mereka. Ketika detik-detik menjelang pilkada putaran ke-2 , atmosfer ketegangan menunggu kepastian jawaban kegalauan dan penantian masyarakat sangat terasa.

Adengan Baru Siap Datang Menyapa
Usai melewati beberapa scene, akhirnya film dengan judul “ Pilkada”  telah selesai pada18 April lalu. Ada yang kecewa, sedih, dan senang saat jagoan mereka kalah atau menang, tetapi perasaan itu hanya datang sesaat karena pertikaian, pertengkaran, dan perdebatan diantara masyarakat pun yang  selama ini terjadi sirna dalam hitungan detik ketika para jagoan mereka sangat sportif mengakui kekalahan dan tidak sombong ketika menang dalam pilkada kali ini.

Warga masyarakat pun dengan legowo menerima semuanya dan melupakan apa yang terjadi karena ini semua terjadi karena takdir-Nya. Tidak ada pertikaian, pertengkaran, dan protes mewarnai setelah pengumuman hasil perhitungan quick qount pilkada.

Bagi warga masyarakat, khususnya warga Jakarta yang terpenting saat ini adalah menguntai dan merajut harapan-harapan baru dari Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Anis-Sandu.  Mereka telah tidak sabar menanti adegan baru “Film”kota Jakarta dengan lakon Anis-Sandi. Kita menaruh harapan besar kepada Anis-Sandiaga dalam melakukan pembaruan demi rumah kita, Kota Jakarta. 


Senin, 17 April 2017

BMKG Bentuk "Pasukan" Penulis

https://mobile.twitter.com/InstitutPI/status/854189164329222144?p=v





 Jakarta, (18/4). Pada dekade ini , kebutuhan informasi cuaca, iklim, dan gempa bumi semakin meningkat. Masih teringat di benak kita bahwa pada 2016, rentetan bencana hidrometeorologi datang menyapa masyarakat Indonesia. Kesadaran masyarakat terhadap bencana semakin meningkat. Menyadari akan kondisi ini, BMKG membentuk "pasukan khusus"penulis untuk mendukung penyebaran informasi cuaca, iklim, dan gempa bumi  kepada masyarakat.

Agar mereka  dapat mampu memeruskan dan menyebarluaskan informasi cuaca, iklim, gempa bumi, dan tsunami, maka BMKG bekerjasama dengan PT Institut Penulis.id menyelenggarakan kegiatan Talent Scouting & Pelatihan Task Force Kehumasan selama 3 hari (17,18, dan 20 April 2016) yang diikuti 30 peserta yang telah lolos tes minat dan bakat penulisan yang telah dilakukan pada Rabu, 12 April 2017 di Kantor BMKG Pusat.

Pada kegiatan ini menghadirkan beberapa narasumber yang kemampuannya sudah tidak dapat dipertanyakan lagi, seperti Bambang Trim, Anang Yb, Agung Widyatmoko, M. Adriyanto, dan Topan Febriansyah.

Pada pelatihan kali ini, para peserta disugguhkan beberapa materi penulisan, pengelolaan media digital, dan media monitoring. Tidak hanya itu, tetapi mereka pun langsung mempraktekkan penulisan. Bahkan, dilakukan seleksi hasil penulisan peserta, hal ini tentunya memotivasi penulis untuk menuangkan ide dan gagasan mereka dalam sebuah tulisan.

BMKG Terus Memberikan Pelayanan Prima kepada Masyarakat




BMKG terusl berupaya memberikan pelayanan prima kepada masyarakat

Era Jokowi-Jusuf Kalla, Humas Pemerintah Kibarkan Sayap




"Era Jokowi-JK,  tradisi lama bermethamorfosis ke tradisi baru, arus informasi mengalir deras menembus ruang dan waktu.  Humas pemerintah bergerak bebas menembus dan menghapus benang merah birokrasi pemerintahan.” 

 Johan Budi, Jubir Presiden RI, Ir. Joko Widodo


sumber;www.google.com



Pada era kepemimpinan saat ini, tradisi lama bermethamorfosis ke tradisi baru, arus informasi mengalir deras hanya dalam hitungan detik. Derasnya Arus informsi tidak dapat dipisahkan dari peranan humas pemerintah. Humas pemerintah bagaikan sutradara dalam instansi mereka. Maukah kita sebagai profesi humas pemerintah membiarkan masyarakat haus akan informasi?

Setiap kepemimpinan memiliki gaya dan cara yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka pun memiliki kebijakan dan program yang menjadi ciri khas mereka. Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla pun membawa aura baru bagi masyarakat. Pada era Jokowi-JK,  memiliki kebijakan dan program pemerintah yang “khas” dengan nama “Nawacita.” Tidak hanya itu, pada kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla pun terkenal dengan Narasi Tunggal. 

Kebijakan yang tertuang dalam setiap program ini akan membawa dampak terhadap berbagai sektor, salah satunya berdampak bagi peran dan fungsi humas pemerintah. Pemerintahan saat ini sangat mendorong peran dan fungsi aparatur humas pemerintah. Guna mendukung program pemerintah, humas pemerintah dituntut untuk dapat berinovasi dan merespon informasi secara cepat, tepat dan akurat kepada masyarakat. 
Presiden Joko Widodo memandang saat ini masing sering terjadi “persaingan” antar Kemeterian/Lembaga, mereka terkesan mencari pencitraan antar Kementerian/Lembaga tanpa melihat kepentingan dan mendukung program pemerintah.  

Melihat kondisi ini, maka pada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengeluarkan Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik. Pada Inpres ini menunjuk Menteri Komunikasi dan Informatika untuk mengoordinasikan perencanaan, penyiapan dan pelaksanaan komunikasi publik terkait dengan kebijakan dan program pemerintah.
‘Narasi Tunggal” kata itu yang sering muncul ke permukaan di era Joko Widodo-Jusuf  Kalla, Narasi tunggal merupakan kebijakan dan program pemerintah kepada publik sehingga diharapkan dengan kebijakan “Narasi Tunggal” dapat menyamarkan ego sektoral di antara Kementerian dan Lembaga.  Dari sinilah dapat menyuarakan satu informasi terkait kebijakan dan program pemerintah  kepada masyarakat.

Johan Budi, Humas Pemerintah Harus Miliki Hak Penuh

Saat ini Presiden Joko Widodo memiliki pandangan dan arahan terkait fungsi dan peranan humas pemerintah sebagai ‘komunikator” dalam penyampaian pesan dan informasi kepada masyarakat. Presiden masih melihat adanya pola lama di beberapa Kementerian/ Lembaga.

Kedepanya, Presiden Jokowi mengharapkan perlu adanya perombakan pola dan tradisi lama sehingga humas pemerintah dapat beralih ke pola dan tradisi baru dengan terus berupaya menyampaikan informasi secara cepat dan tepat sehingga kebutuhan informasi dapat diakses oleh masyarakat.

Presiden Joko Widodo tak ingin lagi melihat budaya lama yang terjadi di beberapa instansi/ kementerian/ lembaga yang terkesan lama dan penuh birokrasi.  Humas pemerintah kedepannya diharapkan harus lebih  luwes, cepat, dan lugas dalam penyampaian informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan dan mengakses informasi.

Humas pemerintah kedepannya diharapkan harus lebih berinovasi dan kreatif dalam pengelolaan dan pengemasan informasi untuk disampaikan kepada masyarakat.

Adanya kecepatan penyampaian informasi inilah yang  mengharuskan posisi humas pemerintah harus pada posisi yang strategis tanpa adanya benang merah. Tak hanya itu, humas pemerintah pun tidak hanya sebagai fasilitator dan komunikator tetapi juga diharapkan dapat memberikan  masukan kepada pimpinan sebagai pengambil kebijakan/keputusan, seperti yang diutarakan Johan Budi, Jubir Presiden RI.

Johan Budi menilai ringkali humas menunggu menterinya ataupun atasannya dalam menyampaikan informasi, padahal humas seharusnya proaktif dengan memberikan masukan kepada menteri apa yang harus disampaikan dan bagaimana komunikasi tersebut dilakukan.

Sementara itu, Ia berharap perlu revolusi paradigma bagi aparat hubungan masyarakat (humas) pemerintah dalam menjalankan fungsinya sehingga memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat guna meraih kepercayaan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dijalankan pemerintah.

Johan menilai aparat humas pemerintah terlalu birokratis dan berjenjang, akibatnya informasi yang disampaikan juga lamban. Pranata humas tidak bisa mengakses langsung kepada pejabat yang berwenang untuk kemudian menyampaikan informasi ke masyarakat.
Arus informasi terus bergulir, Humas harus lebih cerdik
Sekarang kita telah dihadapkan oleh teknologi informasi yang semakin canggih, kondisi inilah yang menjadikan arus informasi mengalir sangat deras. Kondisi ini mengharuskan kita lebih cerdik dan kritis dalam menanggapi arus informasi yang terus berubah. 

Di era Kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla, humas pemerintah dituntut harus lebih cekatan dalam mengelola dan mengemas  informasi yang nantinya akan disampaikan kepada masyarakat. 

Bahkan, seperti yang diutarakan Johan Budi bahwa Humas pemerintah harus lebih “cerdik’dalam mengelola medsos, seperti twitter. Johan mengutarakan bahwa melalui twitter, Humas Pemerintah dapat merespon isu atau informasi secara cepat dan efesien.

Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara pun menegaskan bahwa humas pemerintah harus memiliki twitter. Bahkan seorang humas pemerintah pun harus memiliki akun twitter pribadi. Hal ini untuk memudahkan ketersediaan dan kemudahan akses informasi publik melalui kanal interaktif sehingga dapat membentuk humas pemerintah yang ideal.

Seorang humas pemerintah harus sigap dan kritis terhap arus informasi yang berkembang setiap menit, bahkan dalam hitungan detik, baik itu melalui berbagai moda informasi baik online, maupun elektornik. 

Kita tidak dapat menghindari informasi yang ada, tetapi justru kita harus dapat mengolah informasi sedemikian rupa sehingga dapat mengemas informasi secara baik dan benar untuk dapat disampaikan kepada masyarakat.

Humas BMKG Menuju Tantangan Baru


Pada dekade ini, kebutuhan informasi akan cuaca, iklim, dan gempa bumi terus meningkat karena seperti yang masih kita ingat bahwa pada akhir-akhir ini sering terjadi bencana hidrometeorologi. Pada tahun 2016, tidak jarang kita melihat dan mendengar beberapa pemberitaan terkait bencana hidrometeorologi yang menghiasi beberapa wajah media massa cetak, elektronik, dan online. Deretan bencana hidrometeorologi datang menyapa.

Menyadari akan kondisi ini, Humas BMKG terus berupaya memberikan informasi secara cepat, tepat, akurat kepada masyarakat, terus bergerak cepat ditengah derasnya aruus  informasi. Bersahabat dengan medsos pun dilakukan humas BMKG untuk menggulingkan informasi ke tengah masyarakat, seperti yang digembor-gemborkan oleh Presiden RI, "Humas harus bersahabat dengan media sosial. "
Tidak mudah bagi Humas BMKG berada di tengah-tengah arus informasi yang sangat cepat bergulir dalam hitungan detik. Keterbatasan jumlah SDM tidak menjadi rintangan bagi humas BMKG dalam melangkahkan kaki dalam menuju pembaruan menuju pelayanan informasi yang inovatif dan cepat.

Arus informasi bergulir sangat cepat tanpa mengenal waktu dan tempat. Informasi bagaikan berlian yang selalu dicari masyarakat. Relakah kita melihat masyarakat menangis kehausan informasi karena terlalu rumitnya birokrasi kita?