Beberapa bulan yang
lalu, masyarakat Ibu Kota Jakarta dikejutkan dengan gempa bumi yang berpusat di
Wilayah Kabupaten Lebak, Banten dengan magnitude 6.1 yang menyebabkan ratusan
rumah rusak di kawasan tersebut. Tidak hanya kejadian pada lebak saat itu yang
mengakegetkan masyarakat Jakarta, tetapi berdasarkan hsitori, di wilayah
Jakarta pernah terjadi gempa bumi pada tahun 1699 dan 1780 di selatan Jakarta.
Berdasarkan informasi, sumber
gempa bumi yang berpotensi Kota Jakarta dan sekitarnya berasal dari:
a. Gempa bumi Subduksi
/Benioff di selatan Jawa
b. Sesar-sesar aktif
yang ada di daratan Propinsi Jawa Barat dan Banten ( Baribis,
Cimandiri,segmen Sukabumi-Bogor, Lembang ). Isu adanya
sesar di Jakarta masih perlu penelitian yang mendalam.
Indonesia merupakan rawan
gempa bumi karena dilalui 3 lempengan dunia, Eurasia, Indo-Australia, dan
Pasifik. Hal ini yang menyebakan wilayah Indonesia rawan dan berpotensi
terjadinya gempa bumi, termasuk wilayah Jakarta.
Hingga saat ini, kita belum
dapat memprediksi gempa bumi, tetapi hal ini bukanlah menjadikan kita untuk
berdiam diri dan pasrah. Tentunya kondisi inilah menjadi perhatian kita, untuk
terus meningkatkan kapasitas SDM dan infrastruktur teknologi dalam mendukung
penyebaran informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami.
Indonesia melalui BMKG telah
memiliki 160 jaringan seismograf, serta sistem peringatan dini tsunami (Indonesia-Tsunami Early Warning System)
sebagai langkah kesiapsiagaan terhadap resiko bencana gempa bumi.
Seperti yang kita ketahui
bahwa, dampak dari gempa bumi yang ditimbulkan adalah: bangunan robah/
retak-retak, longsor, amblesan tanah, dan tsunami. Tentunya kondisi ini sangat
mengkhwatirkan masyarakat.
Wilayah Jakarta dikeliling 2
megathrust, yaitu: megathrust Jawa Barat dan Jawa Tengah; serta megathrust
selat Sunda. Terlebih saat ini terjadi peningkatan Megathrust di wilayah Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Selat Sunda, seperti yang terjadi pada Pengandaran, dan
Lebak. Namun sejumlah ilmuwan khawatir dengan Megathrust yang terjadi di
wilayah Selat Sunda karena jika itu terjadi dapat menimbulkan gempa bumi dengan
M. 8.7 setara dengan gempa bumi di Aceh, 2004.
Selain di kelilingi
megathrust, tanah wilayah Jakarta berjenis tanah alluvial atau endapan yang
membuat getaran terasa kuat akibat adanya gempa bumi kuat. Semakin tebal tanah
alluvial, maka semakin besar guncangan. Kondisi ini tentunya menjadi
renungan kita, apakah kita hanya berdiam diri? Atau sudah siapkah kita?
Siapkah
Kita Hadapi Gempa Bumi?
Wilayah Indonesia menjadi
salah satu incaran gempa bumi yang sewaktu-waktu mengguncang wilayh Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bahwa gempa bumi belum dapat diprediksi. Lantas
akankah kita berdiam diri?sudah siapkah kita?
Bencana tidak dapat kita
hindari, tetapi kita dapat melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan pengurangan
resiko bencana sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah korban jiwa. Salah
satu langkah kesipasiagaan melalui pengenalan bencana.
Kita dapat mencontoh
negara-negara maju, seperti Jepang yang merupakan salah satu negara yang sering
terjadi gempa bumi.Masyarakat Jepang sangat memiliki kesadaran akan bencana,
mereka ditanamkan mindest bahwa negara mereka rawan gempa bumi sehingga apabila
jika terjadi gempa bumi, masyarakat Jepang otomatis melakukan evakuasi mandiri.
Di Jepang, terdapat Rinkai
Disaster Prevention Park, disana didesain menjadi area berman sekaligus menjadi
gempa bumi. Hampir 1.000-2.000 anak sekolah didatangkan setiap harinya ke
tempat simulasi bencana itu.
Sementara di Indonesia pun,
kita juga memiliki taman pintar di Yogyakarta, disana masyarakat yang
didominasi usia pelajar melakukan rekerasi edukasi. Seperti halnya di Jepang,
di Taman Pintar Yogyakarta pun dibangun alat simulasi gempa bumi.
Melihat kondisi ini, perlu
dilakukan langkah-langkah yang konkrit untuk upaya mitigasi, seperti
perencanaan pembangunan gedung, audit bangunan dan pendidikan masyarakat.
Contohnya, kita masih sering menjumpai bangunan dan gedung yang dilengkapi
dengan jalur evakuasi dan tanda-tanda bahaya sebagai salah satu alert.
Pendidikan terhadap pengenalan
gempa bumi pun akan digalakkan di Jakarta, seperti di Rinkai Disaster
Prevention Park Jepang yang didesain sebagai wahana edukasi yang kekinian.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan bekerja sama dengan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk merealisasikan edutainment tersebut di
Jakarta, seperti yang dikatakan Sandiaga Uno. (Baca)
Tidak hanya pendidikan
pengenalan gempa bumi, tetapi untuk mengurangi resiko terhadap dampak
guncangan gempabumi pada rencana, bangunan infrastruktur (bangunan penting)
sebaiknya dirancang sebagai bangunan tahan gempa dengan memperhatikan
tingkat aktivitas kegempaan yang terjadi pada daerah tersebut dan
sekitarnya.
Tidak hanya itu, perlu adanya
transformasi knowledge bagi masyarakat karena mengingat adanya penerus generasi
sehingga perlu diberikan pengulangan pengetahuan dan pemahaman terkait hal ini.
Kedepannya, apakah kita sudah mengatakan SIAP hadapi Gempa Bumi, bahkan
tsunami?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar