Jumat, 09 Oktober 2015

Kopi Arabica, Robusta, Luwak Aceh Sensasi Berbeda



Jika kita mengatakan sebuah kata Kopi, timbul suatu imajinasi kenikmatan citra rasa dan aroma di benak kita. Minuman ini hampir disukai di berbagai kalangan usia, gender, dan profesi. Saat ini, banyak beberapa warkop (warung kopi), kedai kopi, dan café yang menjajakan aneka dan jenis kopi. Tak sedikit masyarakat yang nongkorong sambil menikmati kopi. Mereka rela membuang waktu atau bahkan uang mereka hanya untuk dapat meneguk kenikmatan rasa kopi.

Kita sebagai warga negara Indonesia patut bersyukur karena kita berada di tanah yang kaya akan hasil alamnya. Hasil alam itu kita dapatkan dari lautan yang luas, perut bumi yang kaya akan sumber daya mineral, pertanian yang luas dan tak lupa kita juga terdapat dataran tinggi yang cocok untuk perkebunan. 

Salah satu dataran tinggi di Indonesia yang dijadikan perkebunan adalah dataran tinggi “Tanah Gayo” Aceh Tenggara dan Gayo Lues. Bagi penggemar kopi sudah dapat menebak apa hasil perkebunan dari Tanah Gayo.  Ya, Kopi Arabika (Kopi Gayo) dan Kopi Robusta (Kopi Ulee Kareeng)  merupakan dua jenis Kopi Gayo.

Aceh merupakan salah satu wilayah penyumbang pundi-pundi devisa negara, Tak jarang petani –petani kopi di Aceh dapat mengjasilkan biji-biji kopi yang diekspor ke luar negeri.

Tak heran jika kita mengunjungi kota ini, banyak kedai kopi berjejer menjajakan kopi. Tradisi minum kopi ini telah berkembang turun temurun seiring perkembangan Aceh sebagai salah satu daerah produsen kopi kelas dunia. Sejak era kolonial Belanda hingga sekarang, setidaknya ada dua daerah sentra produksi kopi di Aceh, yaitu Ulee Kareng dan Gayo. Kopi Ulee Kareng yang termasuk jenis kopi Robusta dihasilkan dari Kecamatan Ulee Kareng.


Kopi Gayo yang termasuk jenis kopi Arabika  berhasil mengangkat nama Aceh di mata dunia, kopi ini termasuk kelas kopi premium. Kedua jenis kopi inilah yang mengharumkan nama Aceh sebagai salah satu produsen kopi terbaik di Tanah Air yang merajai 40% pasar dalam negeri.

Di kedai-kedai kopi ini, umumnya kopi ditawarkan dalam tiga variasi penyajian, yaitu kopi hitam, kopi susu dan sanger. Kopi hitam dan kopi susu mungkin sudah sering kita temui di daerah-daerah lain di Indonesia, tapi Sanger adalah racikan yang khas dan orisinil dari Aceh.

Kopi Arabika vs Kopi Robusta

Untuk kopi jenis Arabika umumnya di dibudidayakan di wilayah dataran tinggi “Tana Gayo”. Aceh Tenggara, dan Gayo Lues. Sementara di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tanges dan Geumpang) dan Aceh barat lebih dominan dikembangkan jenis kopi Robusta.

Citra rasa yang terdapat di kopi-kopi ini berbeda, kopi arabika memiliki memiliki rasa yang agak asam dan tidak pahit terasa pahit serta  memiliki aroma yang khas serta dan harum . Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain.

Sementara, pada Kopi Robusta memiliki kadar kafein yang lebih tinggi daripada Arabika dan memiliki citra rasa yang lebih kuat. Kopi ini cocok di bagi penikmat kopi yang suka dengan rasa kopi yang lebih pekat dan memberikan sensasi kopi yang cenderung kuat.
Kopi robusta sendiri sekarang sudah jarang di budidayakan di aceh karena permintaan pasar pada kopi robusta rendah dan lebih besar pada kopi Arabica, seperti yang diutarakan Iman, Petani Aceh Tengah.

Jika dilihat dari strukturnya, kopi Arabika agak besar dan berwarna hijau gelap, daunnya berbentuk oval, tinggi pohon mencapai tujuh meter. Namun di perkebunan kopi, tinggi pohon ini dijaga agar berkisar 2-3 meter. Tujuannya agar mudah saat di panen. Pohon Kopi Arabika mulai memproduksi buah pertamanya dalam tiga tahun. Lazimnya dahan tumbuh dari batang dengan panjang sekitar 15 cm. Dedaunan yang diatas lebih muda warnanya karena sinar matahari sedangkan dibawahnya lebih gelap. Tiap batang menampung 10-15 rangkaian bunga kecil yang akan menjadi buah kopi.

Di daerah tersebut kopi ditanam dengan cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai kopi hijau (ramah lingkungan).

Kopi Luwak Aceh, Tak Kalah Nikmat
Selain Kopi Arabika dan robusta, ada kopi luwak yang tak kalah nikmat. Kopi luwak sudah sering terdengar di telinga penikmat kopi. Saat ini, sudah banyak merek produk kopi luwak yang bermunculan di pasaran. Kopi ini memiliki citra rasa yang istemewa.
Di aceh sendiri , kopi luwak telah berkembang, seperti yang diutarakan Iman, petani Kopi di Aceh Tengah. Kopi luwak di Aceh memiiki kelebihan dibandingan kopi-kopi luwak lainnya karena dihasilkan dari luwak-luwak liar yang memakan kopi di kebun secara bebas jadi mereka dapat memakan biji-biji kopi yang telah benar-benar matang sempurna. Luwak ini berbeda dengan luwak kandangan yang dapat diproduksi secara berkala.

Sebelum menghasilkan biji kopi luwak, luwak memakan biji kopi yang kemudian terjadi proses fermentasi dalam perut luwak dan kemudian luwak membuang kotoran, selanjuntnya dikumpulkan oleh orang leles yaitu orang yang mengais sisa biji kopi yang telah dimakan tikus maupun luwak.


Produksi kopi-kopi di Aceh ini telah berhasil diekspor ke berbagai negara, yaitu Amerika, Eropa, dan Asia. Kita patut bangga karena dapat menghasilkan produk alam dalam negeri yang tak kalah hebat dengan produk luar negeri. (rn)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar